Jalan-Jalan Ke Surabaya: Part 2

       DAY 2: 12 Januari 2016
    
       Pagi hari di Waru, Sidoarjo. Rasanya nggak dingin kayak di Jogja gitu. Lumayan hangat dan kita bergegas siap-siap. Rencananya, kita mau ke Pulau Madura! Ya, ke Pulau Madura tepatnya mau ke Kota Bangkalan. Di sana ada apa ya? Awalnya aku juga nggak tahu pasti, namun di sana kita akn menginap di tempat temennya Dhika. Syukurlah seenggaknya bisa ke luar Pulau Jawa. Pagi itu, kami siap-siap mandi, dan sarapan sebentar. Dilanjut dengan packing singkat dan segera menuju mobil karena kami akan diantar ke Terminal Purabaya-Bungurasih. Di sana, kita nanti cari bus menuju Pelabuhan Tanjung Perak. Senangnyaaaaa......
       Tiba di Terminal Purabaya-Bungurasih, kami segera berlari menuju bis yang paling depan karena segera akan berangkat menuju Pelabuhan Tanjung Perak. Dengan membayar Rp 6.000 per orang, kami diantar hingga ke Terminal yang berada di dalam Pelabuhan Tanjung Perak. Omong-omong soal pelabuhan, pelabuhan ini besar banget, sebelum sampai sini aja, pemandangan khas pelabuhan benar-benar terasa. Banyak pabrik-pabrik besar, kargo-kargo, dan muatan yang besar memenuhi pelabuhan. Kami pun bingung harus menuju ke mana setelah tiba di pelabuhan. Kami memutuskan untuk bertanya dan ternyata kita diharuskan berjalan sebentar menuju gerbang keberangkatan khusus ke Madura. Di sana rupanya, batinku dalam hati. That was amazing day! I smell the sea, smell the sea vibes and I got an amazing view! It's the good travel I think with the good buddies and I'm so happy. 
      Kami membayar Rp 5.000 per orang untuk masuk ke dalam gerbang dan kapal. Rupanya sudah ada kapal yang berangkat, sehingga menunggu sebentar karena nanti ada kapal yang akan berlabuh lagi. Kami dengan segenap tenaga membawa tas tas dan barang bawaan yang tidak sedikit, kami menghalau rasa capek kami ditambah udara di pelabuhan semakin panas karena waktu itu sudah pukul 10.00.

       Kami ditawari naik angkot oleh bapak-bapak yang menurutku, ia berasal dari pulau seberang--Pulau Madura. Ya, dengan negoisasi sebentar dengan Retno, Afi, dan Dhika kami memutuskan mengiyakan saja tawaran dari bapak tersebut dan kami masing-masing harus bayar Rp 15.000 untuk menuju Pulau Madura dan diantar hingga ke  Kota Bangkalan yang cukup jauh dari Pelabuhan Ketapang. Kapal yang dinanti pun tiba, kami segera naik menuju lantai atas dan duduk di samping agar bisa melihat pemandangan kota Surabaya pinggiran. Aku melihat Museum Jalesveva Jayamahe!! Demi apa, itu yang sering aku lihat di galeri foto-foto exploresurabaya, aslisuroboyo, dan akun-akun semacamnya! Ini to Patung Jayamahe yang besar dan berdiri kokoh di pinggir pantai. Tak lupa juga, kami melihat Jembatan Suramadu yang menghubungkan Surabaya dan Madura. Sayang seribu sayang kami gak lewat jembatan ikonik Surabaya itu. Ya sudah, tak apa kami naik kapal saja menuju Madura. Sekitar 20 menit kami tiba di Pulau Madura. Alhamdulillah, kali kedua aku menginjak di pulau lain. Rasanya benar-benar excited to the moon and back kayaknya. Gak bisa diceritain gimana senangnya kita kala itu.
                                           Saat di dalam kapal menyebrangi Selat Madura
                                                       Suasana Selat madura yang indah

       Kami menaiki mobil yang sudah tadi dibayar sama kita untuk menuju Kota Bangkalan. Kami akan berhenti di depan Swalayan Indah karena nantinya, temannya Dhika akan menjemput di sana. Ya sudah, kami manut saja. Sepanjang perjalanan menuju kota, isinya hanya tambak, tambak, dan tambak, juga tak luput semacam hutan mangrove yang masih asri gitu. Udaranya lebih panas menurutku daripada di Surabaya--dan di sini lebih kelihatan tidak metropolitan. Jalanannya lengang dan lancar sekali. Cukup sepi tapi ya sekali dua kali terlihat banyak mobil dan motor yang melintas. Sekitar 30 menit, kami mencapai kota dan kami berhenti di depan Swalayan Indah. Aku dan Afi serta Retno belanja terlebih dahulu di swalayan tersebut, sementara Dhika duluan ke rumahnya temennya karena nanti kita juga disusul sama temennya.

       Kami pun tiba di rumahnya Ilham, temannya Dhika yang super baik menurutku. Dia mengizinkan kami untuk menginap semalam di rumahnya, thanks ya! Kalau gaada kamu, mungkin kita gak sampai Madura. Kita pun ngobrol dan kenalan sebentar sama Ilham, sama teman-temannya juga. Wah senangnya dapat teman baru. Kita juga istirahat sebentar karena emang perjalanan dari Surabaya yang cukup capek tapi aku gak merasakan capek yang begitu banget. Siang itu justru malah hujan cukup deras sehingga kami memutuskan untuk jalan-jalannya nanti sore saja sekalian beli makan dan muter-muter kota.
       Sore hari, kami pun makan di rumah makan cepat saji semacam Olive di Jogja gitu. Jalanannya super lengang menurutku di sore hari itu. Udaranya masih agak panas menurutku. Setelah itu, kami muter-muter kota naik motor dan hanya berempat yang notabene kami benar-benar baru pertama kali ke Pulau ini! Nekat sih iya, tapi tetap kudu perhatian sama jalan agar tidak kesasar. Ada beberapa jalan yang bersifat one way sehingga kami harus menghindarinya. Lalu, kami memutuskan untuk berhenti sejenak di Taman Paseban, Kota Bangkalan. Wah di sini aja ada taman kota, Jogja yang kota besar saja belum punya taman sebagus ini. Taman ini cukup luas, banyak muda-mudi di sini, orangtua, dan anak-anak yang sedang berlarian gitu. Banyak rumput-rumput dan dibuat semacam paving block yang menurutku cukup bagus dan terawat.
                                                   Di Taman Paseban, Bangkalan, Madura
        Kita pun pulang dan memutuskan untuk mandi hampir menuju malam. Lalu, Ilham mengajak kami nanti malam mau keliling kota lagi dan melihat-lihat sekitar. Okay! Seruku.
       Malam hari, teman-temannya pada datang yang notabene teman-teman kampusnya di Universitas Trunojoyo. Kami kenalan lalu ya sedikit berbicara dan kita pindah tempat ke Soghi Cafe yang dekat dengan rumahnya, malah cuma sebelahan persis--Yha sudah-- kami cus menuju situ dan memesan beberapa minuman lalu kita ngobrol kayak udah kenal lama. Depanku, ia dari Jombang namun kuliah di sini di jurusan sosiologi. Ia tak tawarin untuk kuliah di Jogja saja yang enak namun ia mengaku kuliah dan biaya hidup di Jogja menurutnya lebih mahal dibanding di sini. Ya kita sedikit intermezzo dan basa basi bahas sana bahas sini ngalor ngidul gitu gak jelas tapi asik gila! Dapat teman baru lagi nih. Wah rasanya benar-benar travelling yang beneran ini.
       Tak lupa, kami malah cus lagi menuju Taman Paseban. Di sana kalau malam agak sepi dan sepi banget gitu. Di sana kita juga foto-foto walau malam gitu dan ngobrol lagi. Kalau malam menurutku malah di sana dingin gitu. Aku untungnya memakai jaket sehingga bisa menghalau udara dingin. Sekitar pukul 22.00 kami malah justru mencari warkop. Ya, warkop! Padahal jujur aku udah ngantuk banget dan pingin tidur, namun apa daya teman-teman ingin ngopi jadi ya sudah aku ngalah saja dan menuruti mereka yang ingin ngopi-ngopi tengah malam.
       Warkop itu letaknya tak jauh dari GOR dekat rumah makan yang kita berempat sambangi untuk makan siang + sore tadi. Di sini lah, aku mulai agak lapar namun enggan untuk minum kopi karena terkadang aku gak cocok dengan beberapa kopi yang justru berujung sakit perut dan pusing. Untuk menghindari itu, aku nggak pesen apa-apa di sini dan memilih untuk menikmati malam bareng obrolan hangat di kala tengah malam itu. Dhika yang membeli kopi dan menyeruputnya, namun aku nggak memesan apa pun.
       Aku sudah ngantuk berat ketika tahu jam sudah menunjukkan pukul 23.30 dan kita memutuskan untuk pulang ke rumah. Jalanan super sepi tengah malam dan hampir gaada yang lewat kecuali kami. Aku takut karena banyak cerita dari Ilham kalau di sini emang masih rawan gitu, untungnya ini di dalam kota. Katanya, kalau sudah di luar area kota sudah mengerikan. Tapi, tetap saja motor ini aku kebut dan Alhamdulillah sampai rumah dan segera aku tidur di kamar. Dhika masih di luar bareng yang lain namun kantukku ini tak bisa dikompromi makanya aku memilih untuk tidur duluan. Namun, tak disangka-sangka nyamuknya banyak banget dan justru membuat aku tak bisa tidur. Dhika sudah tidur sama Ilham di depan, Afi sama Retno juga udah tidur di kamar sebelah. Aku malah pusing karena gak bisa tidur dan digigiti nyamuk dari tadi. Ini kenapa nyamuk banyak bangeeeeet?
       Aku keluar kamar dan mencari posisi untuk tidur di sofa saja. Aku memilih tidur diluar dan memakai jaket agar tidak diserang oleh segerombolan nyamuk super nakal. Rasanya cukup tenang karena di ruang tamu ini aku nggak diserang oleh kawanan nyamuk. Untunglah aku bisa tidur di sofa. Entah kenapa, perutku bunyi dan sakit. Aku ingat kalau sore belum makan, atau mungkin emang porsi tadi makan siang + sore yang kurang, entahlah, aku juga nggak tahu. Tapi, pada saat itu aku merasakan lapar banget dan menahan perutku agar bisa berkompromi sedikit, karena saat aku lihat jam ini sudah jam 02.00 pagi. Ya Allah, masih jam 02.00 padahal aku udah lapar banget keburu ingin makan.
       Aku bangun dan mencari makanan di kamar, ada chitato sama keripik gitu tapi aku memilih chitato saja dan kuhabiskan sendiri (Maafin aku ya Retno, Afi, dan Dhika kalau chitatonya ternyata aku habisin sendiri, habisnya aku super lapar pas itu). Aku juga minum air putih yang cukup banyak. Ya Allah, jam segini yang lain udah tidur dengan pulas, aku malah nyemil chitato dini hari. Tapi, berkat ini aku langsung bisa tidur dan nggak ngerasa lapar-lapar banget kayak tadi.

       DAY 3: 13 Januari 2016

       Dini hari yang membuatku sakit perut itu, pagi itu entah kenapa gak begitu sakit perut tapi aku sambat sama Retno, Afi, dan Dhika kalau aku semalam nyemil chitato dan aku lapar banget pagi itu. Katanya, nanti di pelabuhan baru mau cari makan. Buseeet aku selak laper geng. Ya sudah, aku sama teman-temanku lalu sia-siap mandi dan bergegas menuju Pelabuhan dengan menggunakan angkot. Ilham malah nanti malam mau balik ke Magelang naik bus. Kita pun berpamitan dan berterima kasih kepada Ilham karena sudah diijinkan untuk menginap di rumahnya, lalu angkot dengan cepat datang dan membawa kami ke Pelabuhan Ketapang. Sama seperti kemarin, kami membayar Rp 5.000 per orang untuk tiket. Di sini, aku harus beli makanan. Harus. Wajib. Aku sudah menahan lapar sedari tadi pagi banget. Ya sudah kuputuskan beli nasi telur di ibu-ibu penjual dan Retno, Afi, serta Dhika juga makan. Alhamdulillah perut ini akhirnya keisi walau masih ngerasa sakit. Gak peduli aku makan sambil duduk di aspalan menuju kapal. Entah kenapa kalau diingat-ingat ini agak memalukan karena yang lain berdiri sementara aku duduk dan makan. Sebenarnya, pas itu aku mau makan di dalam kapal saja, tapi aku udah gak betah lapar lama-lama ya aku putuskan makan sebelum kapal datang. 20 menit kemudian, kapal menepi dan kami memasuki kapal untuk menuju Surabaya. Di perjalanan menuju Surabaya ini rasanya aku mau ke semua tempat yang ada di Surabaya. Aku sudah mengatakan kepada Retno, kalau nanti mau ke Kenjeran Park dan ke Pantai Kenjeran--beserta Vihara Sanggar Agungnya yang besar di pinggir pantai itu. Ku mau berfoto-foto di sana.
       Udara malah justru semakin panas, kami lalu mencari angkot tujuan Kenjeran dan ternyata angkot ini berjalan begitu pelan sekali, rasanya ingin berkata, "Pak, tolong yang cepat saya sudah ingin menikmati wisata di sini." Namun, aku hanya diam. Rasanya, di dalam angkot ini sudah satu jam lebih dan aku tertidur di dalam angkot. Akhirnya kami pun tiba di Kenjeran. Namun, sebelum menuju ke Kenjeran Park, kami berempat mau menitipkan barang-barang terlebih dahulu di Budhenya Retno di Lebak Raya. Katanya jalan menuju rumah budhenya sebentar, tapi kita ternyata jalan begitu jauh dan kami bertiga kecuali Retno sambat seribu sambat ditambah udara panas dan barang bawaan yang gak sedikit kami bawa. Tolong ada becak kita kudu naik becak, pintaku.
       Akhirnya dengan rasa capek yang sangat kami tiba di rumah budhenya Retno. Di daerah ini ternyata rumahnya cukup kecil-kecil sehingga saat membuka pintu utama sudah langsung kamar dan dapur. Kami minum es teh dan istirahat sejenak karena cuaca yang begitu panas mendera kota ini dan kami yang barusan saja berjalan butuh istirahat. Lalu, kami memutuskan naik becak untuk menuju jalan utama karena sudah gak kuat jalan. Mampir sholat terlebih dahulu dan makan bakso yang lebih enak daripada yang ada di DTC Wonokromo. Tiba di jalan utama, kami mencari angkot untuk menuju ke Kenjeran Park. Rupanya nggak jauh banget dari Lebak Raya tadi. Kami pun turun angkot dan langsung masuk ke area wisata Kenjeran Park. Dan, di sini jalan kaki lagi. Sambat kami pun memuncak dan letih kami mendera sekujur tubuh. "Gaada angkot yang nganterin kita sampai ke sana ini?" "Apa kita kudu jalan kaki dari tadi nih?" "Ya Allah, mbok pulang aja yo aku capek e jalan terus" Sambatan-sambatan itu terus ku dengar. Aku tapi gak ingin pulang, lha udah sampai sini dan sebentar lagi akan sampai di Vihara Sanggar Agung yang besar itu. Akhirnya setelah jalan kaki yang cukup lama banget menurutku, kami tiba di depan gerbang Vihara, masih masuk sedikit dan nanti akan kelihatan dua naga yang besar. Aku sama Dhika beli eskrim dulu dan memakannya sebelum masuk Vihara. Kami berempat pun masuk gerbang dan suasana China begitu terasa, ya namanya juga Vihara untuk orang Kong Hu Chu beribadah. Kita sebelum masuk ke area dua naga yang terkenal, kudu masuk ke Viharanya dan kita wajib menghormati mereka yang sedang khusyuk beribadah. Langkah kaki kami pelan-pelan dan jangan berisik. Banyak ornamen-ornamen China menghiasi ruangan ini, dengan banyaknya lilin yang berjajar-jajar dan bertingkat-tingkat. Lalu, kami keluar ruangan Vihara dan VOILA! Dua naga yang saling berhadapan ada di depan kami. Sungguh, ini beneran nyata kami ada di sini? Awalnya aku ragu namun aku yakin ini beneran! Patung raksasa yang benar-benar terkenal di akun-akun instagramnya orang-orang Surabaya, dan di exploresurabaya kini kami melihat dengan jelas. Langsung saja kami berempat berfoto-foto di sini. Untunglah hari itu hari Rabu yang cukup sepi sehingga bisa foto-foto dengan leluasa dan nyaman. Pinggir patung itu langsung benar-benar laut namun sayang, airnya bewarna kecoklatan.
                                               Kami Berempat! Afi, Retno, Aku, Dhika
                                     Ini dia Patung dua naga di Vihara Sanggar Agung
       Usai berfoto ala-ala, kami pun melanjutkan perjalanan pulang. Kami, melihat ada patung raksasa lagi seperti di Thailand gitu. Kami jalan kaki lagi menuju pintu gerbang dan melanjutkan perjalanan pulang ke rumah budhenya Retno. Di sini, kami bingung nanti malam mau tidur di mana? Benar-benar super bingung kala itu, karena gak mungkin kami menginap di rumah budhenya Retno karena rumahnya kecil. Sehingga, kami putuskan untuk menginap di kos harian. Retno pun mengontak temannya dan akhirnya ada temannya yang mau mencarikan kos harian itu. Syukurlah, lebih-lebih kos harian itu ada di Rungkut, Surabaya Selatan dekat dengan Wonokromo.
       Kami pun bergegas membawa tas koper dan barang-barang bawaan kami, lalu mencari angkot menuju Rungkut. Rupanya, dari Kenjeran di Surabaya Utara  menuju Rungkut di Surabaya Selatan cukup memakan waktu yang lama juga. Kami harus berpindah angkot selama 3 kali untuk mencapai Rungkut.
       Ternyata oh ternyata, Rungkut ini pusat industri dan pabrik-pabrik di Surabaya. Ada Pabrik Monde yang baunya kecium hingga di jalanan, ini benar-benar bau yang enak. Jalanannya juga ramai banget dan melihat gedung-gedung tinggi, kita juga melihat Monumen Bambu Runcing yang fenomenal itu. Setibanya di kos harian, kami pun lelah dan bersih-bersih diri dengan mandi dan aku ingin nanti malam ke mall. Namun, Dhika dan Afi katanya sudah capek, namun aku tetap ingin ke mall walau hanya sekedar melihat-lihat. Usai makan, kami pun akhirnya menuju mall yaitu Royal Plaza dengan angkot U. Anyway, di Surabaya ini angkot jurusannya dengan kode alfabet seperti R,S,U,T,V, dan lain sebagainya. Kita pun tiba di Royal Plaza dan justru kami malah menonton film Single kala itu. Film Raditya Dika ini cukup menghibur kami berempat malam itu walau film itu kami tonton malam hari.
       Usai nonton, kami pun tidak menemukan angkot U, kami cukup agak lama duduk di depan rumah sakit dan kita berempat akhirnya memutuskan untuk naik taksi menuju kos harian. Ya sudah gakpapa, kami akhirnya memilih taksi dan tiba di kos harian langsung tidur.

       DAY 4: 14 Januari 2016

       Hari keempat kami di Surabaya, kami rencana akan pulang ke Jogja sesuai dengan tiket kereta yang sudah kami pesan sebelumnya. Awalnya, agak sedih juga akan meninggalkan kota Surabaya yang menurutku sangat berkesan ini, belum pernah aku travelling jauh seperti ini bareng teman-teman dan baru pertama kali saat kuliah di semester 1 ini bersama teman-teman baru yang belum ada 1 tahun kita kenal tapi sudah bisa melakukan travelling sejauh ini. Bangga deh rasanya. Entah kenapa dari sini kita bisa tahu karakter kita masing-masing dan dari sini kita bisa belajar bahwa kalau bareng-bareng harus mengesampingkan ego kita masing-masing, harus bisa mendengarkan pendapat orang lain, dan yang terpenting harus kerja sama agar bisa berjalan dengan baik dan lancar, itu semua perlu didukung dengan orang-orang yang mau susah-senang bareng intinya, yang kalau sambat sih sambat tapi yang gak manja banget gitu, yang kalau mau makan apa adanya, yang kalau menginap gak perlu rewel dulu, dan sebagainya.
       Kami berempat pun usai mandi dan bersiap-siap, kami mencari angkot menuju Wonokromo dan berhenti di depan DTC Wonokromo. Kami akan mencari sarapan terlebih dahulu, tapi kenapa di sini banyak yang belum buka ya? Kita sudah lapar saudara-saudara, namun Retno dengan heroik kesana-kesini mencari warung yang sudah buka di dalam DTC Wonokromo ini. Akhirnya, ia menemukan warung rawon yang sudah buka dan kami pun menyetujuinya. Kami melahap sarapan kami dan meminum teh hangat.
       Usai makan, aku ingin beli oleh-oleh sebenarnya, ya jadi kita turun ke bawah untuk beli oleh-oleh di dekat blok buah dan di sana ada blok roti-roti dan oleh-oleh gitu. Aku beli oleh-oleh, Dhika pun juga, namun Retno dan Afi sepertinya tidak beli. Bawaan kita justru makin banyak dan makin teng crintil gak karuan gitu wkwkwk. Usai berbelanja oleh-oleh, kami pun menyebrangi jembatan penyebrangan sama kayak saat kita tiba untuk pertama kali di Surabaya. Dan menuju Stasiun Wonokromo yang cuma depannya DTC Wonokromo. Kami pun check in dan memasuki boarding room sekitar pukul 09.00 karena pukul 09.21 kereta sudah melaju dan akan mengantarkan kita menuju Jogja. Sembari menunggu kereta Logawa lewat, kami mendengar ada ibu-ibu yang menyanyi lagu-lagu jadul di stasiun diiringi irama keyboard yang bagus gitu. Suaranya merdu gitu bagus pokoknya. Tepat pukul 09.21 kami pun memasuki kereta Logawa di gerbong 3 dan I'll be back soon Surabaya! I miss you already. Kereta melaju pelan-pelan melewati stasiun dan melewati bawah jembatan layang, kereta semakin melaju cepat saat sudah keluar dari kota Surabaya.
       Rasanya senang sekali ya bisa travelling sejauh ini, senang sekali. Entah kenapa begitu berkesan buatku walau sederhana seperti ini namun inilah sejatinya travelling, kita semakin bersyukur dan bersyukur bisa melihat kota lain dan menikmati kota, karena Travel is not to escape from the city, but to enrich the life itself. 
       Pukul 14.41 kereta Logawa sudah sampai di Stasiun Lempuyangan dan kami pun turun dari kereta. Liburan kali ini benar-benar begitu berkesan buatku. Terima kasih Surabaya! Terima kasih teman-temanku yang sudah mengajakku melihat kota Surabaya! I'll never forget this moments! 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebuah Hadiah

Aku Tak Mau Lagi Jadi Layangmu

Baksos MP 2015