Jalan-Jalan Ke Surabaya: Part 1

       Awalnya sih, jujur gaada niatan sama sekali untuk melakukan trip ke luar kota. Apalagi, saat itu juga gak kepikiran buat main-main jauh di kala liburan semester 1. Namun, semua berubah ketika temanku, Retno dan Chozin mengajakku untuk ke solo. Bukan, kita ke Solo hanya one-day-trip alias trip seharian penuh kok. Yap. Tepat pagi itu aku masih ingat Chozin sms aku jika menanyakan apakah jadi ke Solo kita? Retno pun menanyakan hal yang sama padaku. Aku mulanya bingung, namun ku-iya-kan saja ajakan mereka. Hari sabtu kala itu, sungguh diluar dugaan sebenarnya, kami berangkat ke Solo tepat pukul 10.00 padahal merencanakan ke Solo jam 05.30 pagi. What a day!
       Kita pun menghabiskan waktu di Solo. singkat cerita, pada perjalanan pulang di kereta Prameks, Retno menawariku hal yang diluar dugaan, ia mengajakku ke Surabaya! Apa? Surabaya? Aku belum pernah ke sana, hanya dulu lewat saja saat perjalanan dari Lamongan menuju Malang. Ah, rasanya ku ingin menghirup udara kota Surabaya yang digadang-gadang menjadi kota kedua terbesar se-Indonesia. Bagaimana ya di sana? I don't know.
        Hari-hari selanjutnya, tepat awal-awal Januari 2016 kami pun UAS terlebih dahulu, saat itu kita tidak sabar menuju hari ke Surabaya, aku sudah mengajak beberapa teman lainnya seperti Afi, Nada, Dhika, Aji, dan teman lainnya. Namun, hanya Afi dan Dhika saja yang bisa dan mau gabung sama kita menuju Surabaya. Hanya 4 orang sih, tak apalah, lagipula 4 orang juga bisa asyik. Gumamku kala itu.

       Hari Selasa kita membeli tiket kereta kelas ekonomi di Indomaret, kami memilih kereta api Logawa relasi Purwokerto - Jember yang akan membawa kita menuju Surabaya. I can't wait. Kala itu, kami memilih gerbong 6 dan rasanya sudah tambah tidak sabar kita ingin berangkat menuju the second largest city in Indonesia. What a pleasure bukan?
       DAY 1 : 11 Januari 2016
       Pagi hari, aku sudah siap-siap semua hal mulai dari tas berisi pakaian lengkap, makanan untuk selama perjalanan, dan perlengkapan lainnya yang sekiranya dibutuhkan, serta sudah mengenakan jaket untuk menuju Stasiun Lempuyangan. Oh omong-omong, aku tidak naik motor sendiri menuju stasiun karena tentunya harga parkir untuk menginap mahal, maka aku memutuskan untuk diantar pakdheku menuju stasiun dan aku pukul 08.00 sudah tiba di Stasiun Lempuyangan yang sudah berjubel orang. Tiket kami berangkat pukul 08.55 sehingga masih ada waktu sekitar 1 jam menunggu Retno, Afi, dan Dhika. Menit demi menit telah berlalu, Retno dan Afi sudah tiba dengan membawa barang yang banyak. Bahkan, Afi membawa total 5 tas untuk seorang diri. Rempong ya, namanya juga Afi kalo gak rempong mungkin bukan dirinya. LOL. Tak terasa pukul 08.20 Dhika datang dan kita segera check in dan masuk boarding room di Stasiun. Tiket kami di check dan kami memasuki boarding room dan segera menunggu kereta yang sebentar lagi akan tiba. Maka, kami duduk di dekat peron karena kursi sudah penuh sesak orang-orang dan banyak juga yang duduk-duduk di dekat peron. Sekitar pukul 08.40 kereta Logawa memasuki stasiun dan dengan cepat berhenti. Langsung saja, kami berempat bergegas menuju gerbong 6 dan mencari lokasi tempat duduk kami. Rupanya hari yang dinanti-nati tiba juga dan rasanya membuncah di dalam hati. Alhamdulillah gak wacana, batinku.
                                  Di dalam kereta Logawa, kira-kira masih di daerah Sragen
 
       Pukul 08.55 kereta berangkat dan bergegas keluar stasiun. Lama sekali rasanya sudah tidak menaiki kereta api. Bukan maksud apa-apa sih, cuma rasanya senang aja naik kereta api. Selama perjalanan, kami memilih untuk bercerita apa saja, melihat-lihat pemandangan yang saat masih di Jogja, relatif didominasi rumah-rumah sepanjang jalan rel, dan kita melewati bandara, oya kita juga melewati banyak persawahan juga sebenarnya. Lebih-lebih kala itu saat memasuki Jawa Tengah, banyak sekali persawahan membentang dan itupun luas sekali saat melewati keluar dari Kota Solo. Jam demi jam berlalu, siang itu masih tiba di sekitar Madiun, belum sampai. Untungnya, AC di ruangan gerbong terasa walau tidak sedingin yang diharapkan, namun masih bisa membuat sejuk ruangan-setidakya. Melewati Jombang, hujan datang begitu deras sehingga pemandangan terlihat jelas jika hujan. Hampir jam 2 kami sudah berada di sekitar Mojokerto. Itu artinya, kami sudah hampir tiba di Wonokromo (Stasiun Kereta Ekonomi di Surabaya) Wah!
       Sekitar pukul 14.45 Kereta berhenti di Stasiun Wonokromo, hujan pun sudah reda sedari tadi. Sehingga cuaca lebih cerah dan inilah Surabaya! YAAY! Kami malah heboh sendiri setelah keluar dari kereta, penumpang lainnya sudah bergegas keluar stasiun, kami masih heboh di sekitar kereta yang masih berhenti. Malah, Dhika foto-foto dulu di dekat kereta. Yaampun ckck wkwkw. Ya sudah tak apa, maklum ya kita emang kadang malu-maluin tapi ya terserah kan ya. Kita pun dengan bawaan teng crintil keluar menuju pintu keluar dan eh kopernya afi ngglimpang saat melewati rel, ini sebenarnya penting gak penting sih tapi tetep aja aku ceritain, ya sudah.
       Kami justru menuju DTC Wonokromo setelah keluar dari stasiun, kita melewati jembatan penyebrangan malah kita juga foto-foto dulu dan langsung aku posting di Instagram pada saat itu juga saking excited-nya. Kami menuju DTC Wonokromo untuk makan siang dan sore. Sebenarnya, kami sudah membeli pop mie di dalam kereta sih, namun emang dasarnya kami yang mudah lapar lagi, ya sudah kami beli makanan di DTC. Omong-omong DTC Wonokromo ini adalah sebuah mall yang dibawahnya yaitu pasar tradisional. Semacam di Bringharjo gitu, namun atasnya ada mall yang tinggi dan besar. Kami dengan begitu noraknya membawa semua tas dan barang bawaan ke dalam mall dan menuju lift untuk ke atas karena foodcourt ada di atas. Kami pun makan bakso, Dhika makan ayam goreng. Untuk rasa, jangan ditanya. Kami kurang begitu suka dengan rasanya, dan perut yang masih agak mual juga. Selesai urusan makan yang justru malah membuat kita mengeluh dan sambat terus, kami mencari taksi untuk mencapai lokasi. Kami akhirnya menemukan taksi untuk mengantarkan kami ke Waru, Sidoarjo. Oh jangan salah lho ya, Waru itu dekat sekali dengan Surabay sehingga tidak jauh-jauh amat justru malah masih ramai dan banyak juga pusat perbelanjaan, sehingga menjadi daerah satelit penyokong kota Surabaya yang sudah padat di mana-mana.
                                                Di jembatan penyebrangan DTC Wonokromo
                                                        Ini dia DTC Wonokromo
 
       Akhirnya tiba di rumah neneknya temenku, di dalam perumahan gitu. Kupikir di rumah biasa bukan di perumahan, tapi tak apalah. Namun, udara di sini begitu pekat dan panas. Sumuk gitu semenjak keluar dari stasiun. Mungkin emang pengaruh dekat pantai dan di dataran rendah sehingga udaranya begitu panas. Kami sejenak duduk-duduk dan ngobrol sebentar dengan nenek dan kakeknya Retno. Selepas itu, kami tidur-tiduran dan semacam doing nothing sejenak untuk melepas lelah. Malamnya, kami akan diajak keliling Surabaya sama om-nya Retno! Wah sumpah ini? Asyiik. Ya sudah, kami pun bergegas mandi dan mandi. Airnya juga hangat banget padahal nggak pakai pemanas air. Malah selepas mandi kami merasa agak sumuk sedikit. Lalu dilanjutkan makan dan kami pun naik mobil malam-malam untuk keliling Surabaya. Jalanan semakin ramai saja, batinku. Ya, kota ini serasa The City that Never Sleep menurutku ya maklum saja dilihat dari luas dan penduduknya yang begitu besar. Destinasi pertama kami yaitu Masjid Al-Akbar Surabaya, masjid terbesarnya di Surabaya. Wah dari kejauhan saja kubah bewarna toscanya saja sudah kelihatan megah, gimana kalo dari dekat ya. Ini beneran amazing menurutku, kami keliling kota Surabaya dengan enak dan nyaman dan saat tiba di Masjid Agung, kami foto-foto sebentar lalu melanjutkan perjalanan menuju The House of Sampoerna. Omong-omong tentang The House of Sampoerna, itu adalah museum rokok yang megah menurutku. Bangunannya besar, ada sejumlah mobil-mobil klasik, dan di dalam museum ada sejarah tentang rokok gitu. Aku sih hanya melihat-lihat saja, dan berkeliling sejenak karena pada saat itu sudah jam 21.00 sehingga museum hampir mau tutup. Selepas dari itu, kami juga berputar-putar di kota melihat DBL Arena, jajaran gerai Starbucks di mana-mana, dan gedung-gedung kota yang tinggi, The Papillon Hotel yang membuatku tercekat saking tingginya-aduh apaan ya aku- ya semacam itulah pemandangan di kota Surabaya yang notabene didominasi bangunan besar-besar, juga kita melewati Tunjungan Plaza-Mall yang besar sekali dan terhubung jembatan karena gedungnya lebih dari 3. Tak lupa juga melewati Chinatown dan Hotel Majapahit yang dulunya Hotel Yamato. Tahu kan Hotel Yamato? Hotel yang diatasnya ada bendera Belanda namun disobek warna biru-nya dan menjadi bendera merah putih. Ini to hotelnya, yaampun. Gumamku pelan.
                                              Di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya
       Malam pun sudah larut, kami kembali pulang dan bergegas untuk tidur. Perjalanan pulang ini kami melewati Jembatan Merah yang begitu ikonik, juga melewati Tugu Pahlawan, dan Monumen Sura dan Baya dan berhenti sejenak untuk berfoto-foto, di samping Monumen Sura dan Baya juga ada Kebun Binatang Surabaya. Inti dari hari pertama saja sudah: What a day!
                                                        Me and The Statue of Sura and Baya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebuah Hadiah

Aku Tak Mau Lagi Jadi Layangmu

Baksos MP 2015