Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Sebuah Hadiah

Gambar
       Badung, Bali 2017        Terkadang aku berpikir begini, "Bagaimana bisa seorang pujangga memberikan hadiah terbaiknya berupa kado yang tak disangka-sangka, sepotong senja misalnya?" "Hai" "Bagaimana? Kau masih mengingat masa lalumu?" "Tidak, aku sudah melupakannya" "Maksudku, aku benar-benar tidak ingin mengingatnya lagi" tambahmu, di sore itu "Aku punya pertanyaan untukmu, kalau kau tidak keberatan, kau boleh menjawabnya kapanpun" "Kau mau tidak kuberikan sebuah hadiah?" "Maksudmu? Berupa kado semacam ulang tahun?" "Iya, dan kau bebas menjawabnya. Aku akan mendengarkan," "Bukannya kado itu rahasia, ya? Maksudku terserah kau mau memberikanku apa" "Jika Seno Gumira Ajidarma saja memberikan sepotong senja untuk kekasihnya, lalu aku akan memberikanmu apa, ya?" "Terserah kamu, aku akan ikhlas menerimanya. Apapun itu" wajahmu amat senang, Aku ten

Sebuah Persahabatan

Gambar
Malam itu, angin berhembus ke arah selatan Ia menyemai benih, serta menumbuhkan ilalang Lalu ia tercekat dan ia gusar; "Kau harus tumbuh secepatnya!" "Tapi, tumbuh bukan soal kecepatan, ia soal waktu" "Kau harus berkembang secepatnya!" "Tapi, berkembang bukan soal waktu, ia soal kesiapan" Ia pun berhembus kembali, dan menerbangkan biji pepadian yang sudah pak tani panen musim lalu, Kuncupnya pun sudah mulai bemekaran Dan siap untuk menyambut fajar Lalu, bagaimana dengan benih ilalang tersebut? Mampukah ia tumbuh dan berkembang secara cepat? Ilalang itu terus tumbuh seiring dengan berjalannya malam, Bulan terus menerangi ia hingga ia pun cukup berkembang dengan pesat  Angin kembali, Kembali ia bertanya "Apakah kau sudah cukup kuat?" "Tentu saja! Sekarang aku sudah kuat dan kokoh" "Apakah kau yakin tidak akan roboh saat aku melewatimu dengan kecepatan maksimum?" "Tidak. Buktinya, akarku s

Sore Itu

Gambar
"Aku boleh mengobrol sebentar denganmu?" Ia bertanya saat kita sedang duduk santai di St. Regent Park, di bilangan Kota London, sore itu syahdu dengan langit menyibakkan cahayanya. "Boleh. Kau mau ngobrol tentang apa?" "Maafkan aku Grace, aku mengakui aku salah," "Salah apa? Aku tak paham maksudmu," "Masalah kemarin itu...Ia bukan siapa-siapaku kok, sungguh," "Oh, itu... Tidak apa-apa Dan, aku tak terlalu mempermasalahkannya" air mataku mulai menitik sembari melihatmu, aku tiba-tiba tersenyum, "Sebenarnya di sini aku yang salah Dan," tambahku "Kau tak salah Grace, aku di sini benar-benar minta maaf" "Tidak Dan, aku yang salah di sini. Aku terlalu lupa berucap sehingga membiarkanmu mengudarakan tanya dan mengedarkan harap" 

Aku Tak Mau Lagi Jadi Layangmu

Gambar
Pada waktu itu Kau ulur aku hingga aku terbang tinggi Melihat angkasa, langit biru, dan juga awan yang bergerombol Kau tarik aku mendekati lapangan lalu terbangkan lagi hingga aku meninggi Kau terus menerus mengulur dan menarik lalu kau berlari Sampai suatu ketika... Tali yang ada, putus sudah Aku tergeletak tak berdaya Jauh entah aku ada di mana Kau terus menerus mencariku Namun tak jua kau menemu Sudahlah aku lelah jadi layangmu!        Satu tahun berlalu dengan segala pengalaman dan kehidupan yang baru, jelas sebenarnya itu waktu yang cukup lama bagiku untuk bisa melupakanmu. Namun, sebenarnya aku belum benar-benar lupa padamu, aku masih ingat dan kau seakan-akan selalu hadir di dalam pikiranku, kapanpun. Walau, ya, aku lelah dengan segala caramu mendekatiku, aku juga lelah dengan caramu memperlakukanku, seolah aku ini permainan anak-anak seusia sekolah dasar yang diterbangkan meninggi dengan seikat tali dan dihiasi penuh warna-warni.        "Kau sudah benar-be

New York: Rindu Bertemu

Gambar
             Dua tahun yang lalu, aku sudah mengunjungi tempat ini, dan sekarang aku juga datang untuk kedua kalinya di sini. Berdiri di depan gedung tinggi yang orang-orang sebut sebagai Times Square. Memang, ramai dan kurasa tempat ini tak pernah sepi dari incaran para turis-turis, pun seperti aku.         Aku melihat ada cafe yang menurutku unik di ujung, Kulihat di sana cukup ramai tapi tak seramai gerai-gerai kofisyop lainnya. Aku membenahi syalku dan memasang earphone ke telingaku lalu aku putar beberapa lagu country klasik semacam John Denver. Tiba di gerai Macquaire Cafe, aku masuk dan bunyi lonceng terdengar merdu saat aku membuka pintu, seorang pelayan menyapaku hangat sore itu sembari aku melepas earphone ku.         "Selamat sore, ada menu baru di hari ini, silahkan menikmatinya"        "Iya, menu barunya apa ya? Mungkin, aku lebih memilih choco latte sebagai pengganti lelahku."        "Kau tampaknya sedang lelah ya Nona? Apa, a

Di Sebuah Stasiun Gambir

Gambar
              Aku diam. Sejenak memandangimu sambil aku berurai air mata, aku sedikit menarik bibirku dan mulai tersenyum, aku lalu menghela napas panjang dan kita saling diam satu sama lain. aku memandang sepatuku yang sedikit basah ini. "Kau kenapa?" "Tak apa. Aku hanya, ya, bahagia. Setelah sekian lama kita tidak bertemu dan akhirnya kali ini sembari melihat senja kita bisa bersama, namun aku juga sedih karena keretaku akan datang saat petang" "Aku juga tidak menyangka akhirnya kita bisa bersama seperti ini, ya, seperti sebuah keajaiban, kan? Tak usah sedih, jarak tak berarti apapun saat seseorang sangat berarti," "Ya..."        Kita melihat senja di sebuah stasiun besar Gambir. Deru kereta terus berseliweran datang kemari memenuhi telinga. Perlahan warna jingga mulai menguasai angkasa, menyeruak bersama warna kuning dan dihiasi gedung pencakar langit. Aku tak akan melewatkan momen ini.  "Mau ke sana?" "Boleh"