Sebuah Persahabatan


Malam itu, angin berhembus ke arah selatan
Ia menyemai benih, serta menumbuhkan ilalang
Lalu ia tercekat dan ia gusar;
"Kau harus tumbuh secepatnya!"
"Tapi, tumbuh bukan soal kecepatan, ia soal waktu"
"Kau harus berkembang secepatnya!"
"Tapi, berkembang bukan soal waktu, ia soal kesiapan"

Ia pun berhembus kembali, dan menerbangkan biji pepadian yang sudah pak tani panen musim lalu,
Kuncupnya pun sudah mulai bemekaran
Dan siap untuk menyambut fajar

Lalu, bagaimana dengan benih ilalang tersebut?
Mampukah ia tumbuh dan berkembang secara cepat?

Ilalang itu terus tumbuh seiring dengan berjalannya malam,
Bulan terus menerangi ia hingga ia pun cukup berkembang dengan pesat 

Angin kembali,
Kembali ia bertanya
"Apakah kau sudah cukup kuat?"
"Tentu saja! Sekarang aku sudah kuat dan kokoh"
"Apakah kau yakin tidak akan roboh saat aku melewatimu dengan kecepatan maksimum?"
"Tidak. Buktinya, akarku sudah menghujam perut bumi"
"Kau sombong ya Ilalang!"
"Biarkan saja. Kau sendiri yang membuatku seperti ini,"
"Bukan aku. Namun, dirimu sendiri!"

Namun, Ilalang hanya diam dan ia tetap membanggakan dirinya, bahwa ia sekarang sudah tinggi dibanding rumput-rumput lainnya.

Tiga malam kemudian, Ilalang semakin tinggi dan ia semakin kokoh,
Hujan deras mengguyur pun ia tetap tegak dan tak tergoyahkan,
namun pada malam kemudian,
angin besar datang dan meluluhlantakkan rerumputan yang ada di sana

"Lihat kau Ilalang! Sekarang kau tak ada bedanya dengan rumput lainnya!"
"Kau Angin! Kenapa kau merobohkanku?"
"Karena aku menguji dirimu, apakah kau sombong atau tidak"
"Karena pada dasarnya, setiap diri akan merasa tinggi jika ia sudah terlena dengan apa yang orang lain ucapkan"
"Maafkan aku Angin, aku tak akan mengulanginya"
"Baiklah. Janganlah sombong lagi, Ilalang"
"Iya, aku menyesal telah menyombongkan diriku"

Sejak saat itu, Ilalang dan Angin pun bersahabat dan mereka sering menghabiskan waktu bersama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebuah Hadiah

Aku Tak Mau Lagi Jadi Layangmu

Baksos MP 2015