Sebuah Tebing di China Menjadi Saksi Petualangan MAPAGAMA

          Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Gadjah Mada mempunyai cabang-cabang atau divisi, di antaranya adalah caving, gunung hutan, arus deras atau arung jeram, dan panjat tebing. Dalam rangka MAPAGAMA (Mahasiswa Pencinta Alam Gadjah Mada) ulang tahun ke 40 ada 3 misi ekspedisi. Yang pertama adalah penelitian etno-fotografi di Kapuas Hulu, untuk meneliti Suku Dayak. Yang kedua adalah Ekspedisi Kayak Internasional yang dilakukan di Nepal, 2 orang naik Puncak Sergory setinggi kurang lebih 5000 meter di Pegunungan Himalaya, ada caving juga, serta olahraga arus deras atau yang familiar disebut arung jeram. Yang ketiga ada Ekspedisi Panjat Tebing yang dilaksanakan di China. Mas Aries Dwi Siswanto atau yang akrab disapa Mas Aries dan Mas Priyanto Nugroho atau yang biasa dipanggil Mas Yayan dan satu orang lagi pergi ke China. Mas Aries sebagai ketua, tetapi saat di tempat Mas Aries sebagai dokumentasi dan Mas Yayan sebagai official.
         Sebelum mereka menaiki tebing, mereka (Mas Aris dan Mas Yayan) latihan di Siung, Nglanggran. Try out di Sulawesi Selatan tepatnya di daerah Toraja, karena tebing di Sulawesi memiliki kesamaan karakteristik dengan tebing di China yaitu karst. Sebenarnya ada 3 jenis tebing, yaitu es, karst, dan andesit atau batu. Latihan itu sekitar tanggal 23 September - 7 Oktober 2013.
          Mereka berangkat ke China, transit di Changi Intl. Airport di Singapura selama 12 jam. Lalu perjalanan dilanjut Singapura - Guangzhou, dan Guangzhou - Guizhou dengan naik kereta. Tiba di sana, cukup membayar 60 Yuan dan sepuasnya bisa kemana saja asal di area tersebut. Tempat tepatnya di Getu River National Park dengan perjalanan tempuh yang seharusnya hanya 5 jam, bisa berjam-jam karena memutar dan harus membayar biaya tambahan. Pemandangan indah pun menjadi suguhan anda dan silahkan menikmati keindahan alam di China yang tentunya berbeda dengan di Indonesia. Udara dingin menyambut anda dan air biru mengalir di sepanjang Getu River. Tebing-tebing hijau yang tinggi menjadi pemandangan yang sangat-sangat indah di area ini.
          Target ekspedisi ke China itu membuka jalur panjat tebing pertama, sekaligus mereka menjadi orang pertama dari Indonesia yang membuka jalur di tebing itu.
          Mereka tiba di tempat tebing, tebing itu bernama Pusa Yan yang artinya ibu yang melindungi, karena seperti anak digendong. Atau juga namanya Rock of Pyramid karena bentuknya juga menyerupai Pyramid di Mesir. Mereka juga tinggal dan membangun base camp di area tebing itu, tetapi penduduk China yang terkenal ramah, menyuruh mereka tinggal di rumahnya dan ada suatu budaya yang sangat unik, yaitu mencuci kaki di air hangat yang telah disediakan, dan di setiap rumah ada babi.
          Mereka memanjat selama 3 hari, di hari pertama, kedua, dan keempat. Di hari ketiga mereka tidak memanjat dikarenakan hujan, dan panjat tebing itu mempunyai 2 tipe, yaitu Himalayan Style dan Alpine Style. Apa itu? Himalayan Style adalah cara memanjat dengan tidak meninggalkan base camp nya, setelah larut, mereka tinggal di base camp lagi. Berbeda dengan Himalayan Style, Alpine Style justru tidak tergantung dengan basecamp, mereka tidur di tebing, memasak pun di tebing. Ada 2 tipe pemanjat, yaitu tipe Sport yaitu mengebor dinding tebing dengan memakai hanger dan satunya tipe aktivisial. Tipe aktivisial yaitu tidak mengebor dinding tebing. Tetapi, mereka (Mas Aries dan Mas Yayan) memakai tipe aktivisial, dengan suhu dibawah 10 derajat Celcius menemani ekspedisi mereka. Tingkat ketinggian yang sulit saat itu pada ketinggian 120 meter dengan nama over hang yang panjangnya 40 meter.
          Kegiatan pecinta alam itu sangat menantang dan menyenangkan, banyak petualangan, kisah seru, dan berbagai pengalaman yang bisa dibagi dan bisa menjadi inspirasi bagi kita semua supaya kita bisa menjaga alam dengan baik dan janganlah merusaknya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebuah Hadiah

Aku Tak Mau Lagi Jadi Layangmu

Baksos MP 2015