Trip To Bandung - Jakarta: Part 2

Hari 2: 28 Juli 2016

      
       Dini hari, mobil yang dikendarai oleh Kak Fahmi melaju kencang di jalanan raya karena pada jam 02.00 jalan sepi dan udara dingin cukup menyeruak sehingga semua yang ada di dalam mobil krukupan sarung dan jaket. Semua tertidur walau kaki tidak bisa diluruskan yang menyebabkan kelelahan. Namun, tak apa demi melihat sunrise di Tebing Keraton daerah Dago Atas atau Jalan Ir. H. Juanda, Lembang. Jalannya semakin sempit dan agak rusak. Namun, mobil tetap melaju dan menanjak. Tiba di tempat parkir pukul 03.00 dan kami istirahat sejenak dan mencoba memejamkan mata kembali karena tadi sedikit terjaga saat mobil menanjak. Beberapa menit kemudian, kami pun bersiap-siap untuk berjalan kaki kurang lebih 3 km untuk mencapai lokasi Tebing Keraton. Hawa dingin langsung mengepul begitu pintu mobil terbuka. Langsung saja kami bersiap-siap dengan membawa sarung, jaket, bersepatu agar mengusir hawa dingin namun tetap saja udara di sini sungguh dingin juga sejuk. Asik!
Tebing Keraton, Dago Bandung


       Di area parkir sebenarnya banyak jasa ojek untuk mengantar pengunjung untuk tiba di depan lokasi dengan membayar Rp 30.000 sekali jalan atau Rp 50.000 pulang-pergi per orang. Namun, bagi kami harga segitu mahal dan malah menghabiskan dana kita. Lagipula, jalan kaki juga asyik kok justru bisa melihat pohon-pohon cemara, pinus, serta melihat pemukiman warga yang masih berselimut hangat. Kami pun berjalan perlahan-lahan dan konsisten agar tidak sedikit lelah dan cepat sampai tujuan. Beberapa kali kami menggigil dan merapikan sarung yang digunakan sebagai syal. Jalannya menanjak ada juga yang datar. Tiba di pintu gerbang Tebing Keraton, rupanya belum buka karena masih pukul 04.00 dan akan dibuka kira-kira setengah hingga satu jam lagi. Kami pun duduk di jalan dan meringkuk kedinginan sesekali juga ke toilet. Setengah jam kemudian, warung-warung mulai buka dan menysun dagangannya. Kak Fahmi pun mengajak kami ke warung tersebut dan kami membeli teh hangat manis. Oya, jika kalian berlibur atau berkunjung ke tanah Sunda, jangan lupa bilang teh hangat manis untuk kamu yang gak doyan teh tawar, karena jika kamu bilang teh hangat saja maka tak akan diberi gula. So, katakan dengan lengkap ya. Usai menyesap teh hangat yang begitu nikmat karena bisa mengusik hawa dingin, kami sedikit berbaring tidur sebentar guna menunggu pintu gerbang terbuka.
       Sekitar pukul 05.00 pintu gerbang pun terbuka dan kami berbondong-bondong dengan yang lain masuk serta membayar Rp 11.000/orang sebagai retribusi. Usai membayar, kami sholat shubuh terlebih dahulu. Airnya jangan ditanya ya sodara-sodara. SANGAT DINGIN! Yah, kayak gimana-gimana juga kudu wudhu kan. Maka dari itu, kami nekat membuka air kran dan membiarkan kulit bersentuhan dengan air yang bikin njerit-njerit. Usai sholat shubuh, kami pun masuk dan berjalan menuju Tebing Keraton ini. Kalau dilihat-lihat Tebing Keraton ini mirip dengan Kebun Buah Mangunan di Imogiri, Yogyakarta. Bedanya kalau Tebing Keraton jalur menuju lokasinya cukup mudah dan sudah bagus. Pemandangannya juga super ciamik! Banyak pohon pohon pinus dibawah yang masih ditutupi kabut, sawah-sawah terhampar sepanjang Lembang, pemukiman nan jauh di sana serta tower-tower yang indah mirip di Amerika. Kawasan ini mulai ramai seiring hampir menuju sunrise. Banyak pendatang seperti dari Cirebon, dan kota-kota lain. Kenapa saya tahu? Karena mereka berteriak "Yang dari Cirebon sini sini" dan mereka sudah lansia-lansia dengan dandanan nyentrik abis pokoknya.
       Matahari mulai muncul dan mengeluarkan warna semburat oranye dan kuning. Semua orang muai mengeluarkan ponsel serta kamera maupun gopronya. Padat sekali kawasan ini pada pukul sekitar 05.15 dan kami juga tak lupa berfoto-foto ala-ala dan asyik memotret pemandangan ini. Subhanallah sungguh indah sekali ciptaan-Mu. Hawa dingin yang tadi dirasakan sudah kami lupakan karena kami sibuk berfoto-foto dan matahari perlahan mulai menanjak naik dan menghangatkan bumi Parahyangan ini.
       Usai berfoto-foto, kami pun beranjak dari Tebing Keraton dan berjalan kembali menuju parkiran untuk mencari sarapan. Tampak jalanannya memang sempit dan kami melihat ada Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda atau disingkat Tahura Juanda. Lalu kami ingin mencari sarapan bubur ayam di daerah Dago, namun sebelumnya kami ganti baju di pom bensin terlebih dahulu wkwkw.
       Selesai sarapan dan mengisi perut, di bubur ayam ini diberi gratis secangkir teh panas. Saat aku menyesapnya, rasa pahit menguasai lidah dan saya lupa kalau di sini di Pasundan. Ya sudah tak apa, masih enak-enak saja kok namun aku langsung minum air putih.
       Tujuan selanjutnya yaitu Dusun Bambu yang terletak di daerah Cisarua, Bandung Barat. Kami melewati Cimahi, Air Terjun Pelangi, serta jalanan yang berkelok-kelok indah dengan pepohonan tinggi di sana-sini. Sungguh sejuk dan indah memang daerah Lembang ini. Perjalanan cukup sedikit jauh dan sudah menemukan plang untuk menuju Dusun Bambu Family Leisure Park. Belok kanan dan jalan lurus menanjak.
       Akhirnya kami tiba di Dusun Bambu. Bagian depannya tampak biasa saja dan kami belum excited, namun saat memasuki lahan parkir kami takjub karena ada bambu-bambu kering yang disusun dan dijadikan tugu. Besar sekali tugu bambu tersebut dan jalanannya bersih serta banyak pohon menambah sejuk dan asri saja tempat yang satu ini.
Dusun Bambu Family Leisure Park, Lembang, Bandung

       Kami pun keluar dari mobil dan masuk untuk membeli tiket masuk seharga Rp 15.000/orang saat weekdays. Usai membayar, kami masuk dan sudah ada mobil jemputan yang lucu karena dihiasi rumbai-rumbai bewarna-warni. Mobil ini tertutup di atasnya namun terbuka di samping kanan kiri sehingga saat melaju hawa dingin menyeruak kembali membuat kami merapatkan jaket. Tiba di tempat pertama yaitu Resto Lutung Kasarung, kami turun dari mobil rumbai-rumbai dan berjalan sedikit untuk menuju main hall resto ini. Kita pun naik dan ada taman untuk kelinci yang super lucu karena dihiasi mainan-mainan juga rumput sintetis. Memasuki jalanan yang melayang untuk mencapai ruangan-ruangan untuk makan, kami juga menyempatkan untuk berfoto-foto juga membuat video. Tempat makan di Lutung Kasarung Resto ini menyerupai sarang burung yang terbuat dari ranting-ranting yang digabungkan, bagus pokoknya. Dan di sini, aku terkena ulat bulu yang membuat tanganku merah-merah serta gatal.
       Usai berkeliling di Lutung Kasarung, kami menuju Sampan Sangkuriang. Namun, sebelumnya kami menikmati spot-spot di Purbasari Resto yang unik serta bagus. Kami pun menaiki sampan sangkuriang dengan harga Rp 10.000/orang. Sampannya panjang namun kecil dan saat dinaiki kami berlima, airnya hampir memasuki daerah tengah sampan. Aku dan Kak Fahmi pun mendayung dan menikmati danau ini. Airnya hijau namun bersih, udara di sini juga bersih, matahari bersinar cerah cukup menyengat namun sesekali angin berhembus dingin karena ini terletak di dataran tinggi. Ruangan-ruangan di Purbasari Resto begitu unik dan lucu, ada air terjun juga dan taman-tamannya tertata sangat rapi bahkan dibilang benar-benar rapi. Bunga-bunga bewarna warni memamerkan keindahannya, serta pepohonan hijau dan tanaman hijau juga ikut menyemarakkan suasana di Dusun Bambu ini. Tempat ini begitu cocok untuk yang ingin berwisata alam serta kuliner karena ada di sini semua.
       Setelah puas berkeliling di Dusun Bambu, kami pun ingin melanjutkan perjalanan kembali menuju Trans Studio, kami melewati keindahan Lembang dari kaca mobil, melewati Air Terjun Pelangi, serta berhenti di pinggir jalan dan mencoba membeli batagor di sini. Rasanya cukup enak dan besar-besar berbeda dengan yang aku cicipi saat di Yogya, namun overall hampir sama. Setelah jajan cemilan, kami melewati jalanan yang cukup kecil serta aspal yang sedikit rusak, melewati Cihideung dengan banyaknya toko-toko bunga yang indaaaaaah banget, melewati wisata-wisata lain seperti Kampung Daun, Kampung Gajah, dan mulai memasuki area kota Bandung, melewati Cihampelas yang ramai banget di sana sini pusat distro dan restoran yang mengundang kami untuk mampir namun kami tak mampir, melihat jalan macet di Kebon Kawung, dan mulai memasuki Jalan Gatot Subroto untuk menuju Trans Studio.
       Tiba di Trans Studio Mall, mobil diparkirkan di basement dan kami memasuki mallnya terlebih dahulu, berkeliling sebentar dan mencari toilet serta melihat-lihat ada apa saja di dalam mall yang dulu bernama Bandung Supermall ini. Setelah itu, kami tak membuang-buang waktu dan langsung saja membeli tiket seharga Rp 170.000/orang namun kami mendapat diskon menjadi Rp 135.000/orang. Langsung naik menuju lantai 2 dan masuk. Tampak suasana malam terasa karena memang konsep areanya indoor dan banyak lampu-lampu berkilauan memenuhi ruangan ini. Disambut dengan suasana mirip Broadway di New York yang dihiasi lampu berkilauan serta kami langsung memasuki atraksi pertama yaitu bioskop 4D yang bertema Marvel Superheroes ini. Kami menikmati sajian film 4D dengan kursi yang bisa bergerak-gerak mengikuti film. Seru deh!
Trans Studio, Bandung

       Selesai menonton film, kami masuk ke Bolang Si Bocah Petualang, kukira di sini tidak ada apa-apa namun setelah masuk kami menaiki kereta dan berkeliling seperti mengenalkan budaya-budaya yang ada di Indonesia. Setelah dari atraksi bolang, kami ke area Seaworld. Di sini juga atraksinya bersifat edukatif mirip-mirip di Taman Pintar gitu. Banyak sekali informasi mengenai laut dan hewan-hewan di dalamnya terutama hiu. Di sini juga ada kolam hiu anakan dan ada aquarium untuk ikan piranha. Beruntungnya, kami melihat saat ikan piranha diberi makan. Memang benar jika piranha makannya berebut dan begitu cepat habisnya ckckckckc. Setelah dari atraski piranha, kami memasuki ruangan yang hanya ada background bongkahan es. Entah di sini ada apa, namun kata penjaganya kami disuruh masuk terlebih dahulu. Oooh rupanya, di sini atraksi berakting dengan hewan-hewan antartika seperti penguin, singa laut, paus orca, dan beruang kutub. Kita disuruh menatap layar dan di sana nanti ada hewan-hewan yang wajib kita berakting dengannya. Saat ada paus orca lompat, kita berakting feeding alias memberi makan. Lalu, saat ada beruang kutub masuk ke bongkahan es di mana kita berdiri, kita pun takut dan mengusir dia. Hebatnya saat aku usir dia, dia langsung menceburkan diri ke dalam air. Lalu ada penguin yang super lucu meluncur di es, kita pun juga memberi makan ke dia serta menceburkan dia ke air, lalu ada singa laut yang bermanja-manja di es namun aku ceburkan saja ke air, ia pun tercebur. Wah, atraksinya lucu banget, dan katanya jika nanti aktingmu bagus kamu bisa direkrut oleh Trans Corp dan masuk ke salah satu program di Trans 7.
       Setelah dari situ, kami berkeliling-liling lagi dan menikmati atraksi lainnya, seperti Riding Dragon yang permainannya naik-turun naik-turun dan berputar-putar yang cukup seru. Setelah itu, kami masuk ke arena Dunia Lain yang desainnya cukup seram dan menakutkan. Sepanjang di dalam kereta, kami merem dan menutup telinga karena suara-saura yang dihasilkan cukup mengagetkan kita. Lalu, pukul 16.00 ada sebuah parade unik dan semua permainan ditutup agar pengunjung menyaksikan parade terlebih dahulu. Orang-orang berdandan aneh-aneh seperti memakai kostum ikan, cumi-cumi, ubur-ubur, princess Cinderella, Ariel, dan sebagainya yang baju gaunnya kelap-kelip memakai lampu. Ada juga badut yang tinggi memakai egrang, dan meriah. Mereka pun kumpul di Central Hall dan mereka menari bersama. Sumpah, kece banget! Tarian mereka sederhana namun saat dilakukan bersama-sama memakai kostum tersebut memberi kesan yang berbeda dan seru sekali. Wah, rasanya begitu senang dan bahagia. Lalu, tak lama kemudian, parade berakhir dan kami langsung memasuki arena bermain Sky Pirates. Di sini, kapalnya terbang di atas atraksi permainan lainnya dengan menggunakan rel di atas sehingga bisa lihat pemandangan ke bawah. Setelah kami turun dari permainan, antriannya begitu panjang hingga mengular. Untung ya kita duluan sehingga nggak usah mengantri wkwkw.
       Puas bermain-main di sini, kami pun lapar dan ingin mencari makan di luar saja. Di dalam arena ini, makanan dan minuman yang dijual dibanderol dengan harga yang tidak wajar alias mahal, memang menurut kami mahal. Sebut saja untuk burger harganya berkisar Rp 25.000-30.000 dan menurut kami belum kenyang. Jadi, kita pun keluar arena Trans Studio dan memasuki Trans Studio Mall bagian makanan. Banyak kedai-kedai di arena ini seperti Wendys, Baskin Robbins, The Coffee Bean & Tea Leaf, Kedai Betawi, A&W, dan masih banyak lagi. Akhirnya, kami pun memutuskan untuk makan di A&W saja menurut saran Kak Fahmi. Ya sudah, kami pun masuk dan memesan Oriental Ricebowl dan minuman. Setelah cukup kenyang, kami pun turun dan sudah terdengar adzan maghrib, namun kami masih membeli BreadTalk untuk mengganjal perut nanti karena nanti malam akan perjalanan jauh menuju Jakarta.
       Kami pun sholat di Masjid Raya Trans Studio yang begitu besar dan megah, lampu gantungnya juga mirip di The Trans Hotel yang menyerupai ekor merak. Setelah sholat, kami pun keluar dari Trans Studio Mall dan membayar pakir yang cukup mahal yaitu Rp 21.000 karena tidak ada batas maksimal harga parkir seperti di Yogyakarta.
       Setelah dari Trans Studio, kami berencana menuju Kartika Sari untuk membeli oleh-oleh. Kami pun menuju ke sana, namun bolen pisangnya tak ada, setelah itu menuju Kartika Sari lagi namun beda tempat. Di sana sudah tutup namun satpamnya masih menjual bolen pisang yang masih fresh namun sayang sodara-sodara, tanggal kadaluarsanya tanggal 1 Agustus 2016 itu artinya sangat mepet karena aku sampai Yogyakarta aja tanggal 31 Juli 2016 malam hari. Ya sudah, aku gak beli dan hanya Fiana yang beli untuk doinya.
       Setelah dari Kartika Sari, kami menuju Cihampelas. Jalanan sudah macet dan padat sekali. Kami pun membeli baju bertuliskan Bandung dan membeli oleh-oleh mochi di sana. Setelah itu, kami pun melanjutkan perjalanan lagi menuju Jakarta. Saat perjalanan ke Jakarta, aku sudah mengantuk dan tertidur sehingga tak kerasa jika ternyata mobil berhenti di rest area untuk istirahat sejenak dan membeli minuman di Alfamart.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebuah Hadiah

Aku Tak Mau Lagi Jadi Layangmu

Baksos MP 2015