Trip To Bandung - Jakarta: Part 1

Persiapan

       Memang pada saat itu sudah merencanakan akan liburan namun belum menemukan tempat tujuan yang pas dan waktu yang tepat. Maka dari itu, dulunya memang belum sempat terpikirkan akan kemana saja. Menjelang libur semester 2, munculah nama kota yaitu Bandung sebagai tujuan utama liburan kita. Belum ada juga bayangan di sana akan menginap dan akan kemana saja. Menjelang H-30 hari, aku, Erra, dan Fiana sudah akan membeli tiket pada siang hari. Kami menuju Stasiun Tugu Yogyakarta untuk membeli tiket di mesin penjual tiket otomatis. Rencana kami akan menaiki kereta kelas bisnis, pilihan kereta kelas bisnis yang ditawarkan rute Yogyakarta – Bandung hanya ada 4, yaitu Lodaya Pagi, Lodaya Malam, Mutiara Selatan, dan Malabar.
       Namun, Mutiara Selatan dan Malabar ini harganya terpaut jauh dari Lodaya Pagi ataupun Malam padahal sama-sama kelas bisnis. Terlebih lagi, KA Malabar berangkat dari Yogyakarta sekitar pukul 23.00 yang membuat kami tidak memilih jadwal tersebut. Usai dipertimbangkan dengan matang-matang kami pun memilih KA Lodaya Pagi (dengan relasi Solo Balapan – Bandung) sebagai kereta berangkat kita menuju Bandung yang kalau dipikir-pikir banyak keuntungannya. Pertama, jadwal berangkatnya dari Yogyakarta jam 08.08 Pagi yang tidak terlalu pagi banget, kedua bisa lihat pemandangan yang katanya sepanjang Daop 2 Bandung begitu ciamik! Ketiga tiba di Bandung jam 16.00 yang artinya nanti akan ketemu sama Syifa dan Kak Fahmi yang dari Jakarta tidak terlalu pagi banget jika kita memilih kereta Lodaya Malam yang tiba di Bandung sekitar jam 04.00 pagi.


       Usai membeli tiket dan urusan tiket berangkat selesai, ada kesalahan yang tidak begitu fatal sebenarnya. Kita harus memajukan jadwal berangkat kita. Awalnya kami membeli tiket keberangkatan pada tanggal 30 Juli 2016, namun karena katanya Syifa ada KRS tanggal 1 Agustus maka terpaksa jadwal tiket berangkat kita re-schedule dan kami kembali ke Stasiun Tugu Yogyakarta sebelum menjelang lebaran dan mengganti jadwal menjadi berangkat tanggal 27 Juli 2016 dan tanggal itu sudah melalui persetujuan yang panjang dan rumit karena harus mengepaskan jadwal-jadwal lainnya.
       Setelah tiket beres, dan libur lebaran selesai kami masih belum persiapan membeli tiket pulang karena jadwal dan rencana kita masih belum fix alias belum matang sempurna. Aku pun menelpon beberapa guest house yang kira-kira murah dan ternyata tidak murah, sudah meng-email sana sini dan ternyata harganya beda sekali dengan di website-website penyedia jasa booking hotel dan kami pun pusing mau tinggal di mana selama di kota kembang nanti. Entah saat itu kami kebingungan mengingat harga guest house yang menurut kami tidak masuk akal untuk harga semalamnya.
       Kami pun menelpon Syifa dan kami bilang kalau ada Plan B yaitu kita ke Jakarta juga dan menginap di rumahnya. Memang, awalnya Syifa mengajak kami tinggal di rumahnya saja di Jakarta dan di Bandung kita menginap di dalam mobil. Sudah jauh-jauh hari ia bilang seperti itu namun dulunya kami tidak setuju karena ingin berwisata di kota Bandung saja. Namun, karena berbagai permasalahan tadi, kami pun meng-iya-kan saja dan akhirnya fix kita ke Jakarta juga. Bagiku, tak masalah lah yang penting masih bisa jalan-jalan dan menikmati kota lain yang indah.
       Saat rencana sudah beres dan sedikit mengatur jadwal karena pada akhirnya kita menjelajahi dua kota sekaligus dalam trip kali ini, kami pun bergegas mengecek tiket pulang yang tersedia di website PT KAI. Awalnya, kami ingin naik kereta bisnis lagi yang cukup nyaman, namun setelah dilihat harganya, kok pikir-pikir dua kali ya. Kenapa? Karena harga untuk kelas bisnis seperti Fajar Utama Yogya, Senja Utama Yogya, dan Senja Utama Solo harganya minimal Rp 215.000. Sepertinya kami akan pikir dua kali akan menaiki kereta bisnis. Memang, harga yang ditawarkan berbeda jika rutenya berbeda. Kalau dari berangkat kita ke Bandung naik Lodaya Pagi masih mendapatkan tiket yang lumayan murah yaitu Rp 140.000 namun dari Pasar Senen menuju Yogyakarta harganya sudah jauh berbeda. Maka dari itu, kami pun berganti haluan dan mencari tiket kelas ekonomi saja. Ada berbagai pilihan yang cukup banyak untuk kelas ekonomi. Ada Bogowonto, Gajah Wong, Bengawan, Gaya Baru Malam, Krakatau, Jaka Tingkir, dan Progo. Namun untuk KA Bogowonto, Gajah Wong, Krakatau, dan Jaka Tingkir mereka ini kelasnya berbeda dengan Bengawan, Progo, dan Gaya Baru Malam. Harga mereka dipatok minimal Rp 145.000 untuk kelas ekonomi AC Non-PSO. Maka dari itu, harganya terpaut jauh dengan kereta ekonomi lain. Akhirnya, pilihan kita jatuh pada KA Bengawan yang murah meriah yaitu Rp 74.000 yang untuk tanggal 31 Juli kursi tersisa 20. Kami pun takut kehabisan kursi. Sedikit berbincang-bincang lagi, kami pun me-refresh jadwal tersebut dan kami shock. KA Bengawan yang barusan saja kursi tersisa 20 kini tersisa 13 saja. Otomatis, kami tidak santai dan langsung bergegas menuju Stasiun Tugu untuk membeli tiket karena takut kehabisan. Tiba di Stasiun Tugu yang tidak sampai 20 menit, rupanya KA Bengawan hanya menyisakan 2 kursi saja untuk tanggal 31 Juli 2016 dari Pasar Senen. Itu artinya, harus ganti kereta dan kami kebingungan mau naik kereta yang mana. Begitu cepat habisnya KA Bengawan pada jam-jam tersebut. Ya sudah tak apa, kami pun berdiskusi dan menjatuhkan pilihan kami ke KA Gaya Baru Malam yang harganya Rp 104.000, ya sudah tak apa mengingat KA ini kursinya masih tersisa 441 namun dalam beberapa jam setelah kami cek lagi kereta ini sudah tinggal menyisakan 400-an kursi saja. Memang benar-benar cepat terjualnya.
       Setelah semua beres dan jadwal yang sudah kami susun sudah fix, kami pun sudah tak sabar menuju Bandung dan Jakarta. Menjelang H-H tepatnya H-1 kami membeli makanan, minuman, serta perlengkapan lainnya yang dibutuhkan selama di perjalanan. Setelah semua beres, pukul 20.30 kami menuju Stasiun Tugu untuk mencetak tiket boarding pass dan esoknya kami akan berangkat!

 Hari 1: 27 Juli 2016
      
       Pagi hari pukul 07.10 aku diantar oleh Pakdheku menuju Stasiun Tugu Yogyakarta di pintu selatan dan di sana sudah ada Erra dan Fiana. Langsung saja, kami pun menyerahkan tiket kami dan KTP kami untuk dicek oleh petugas. Setelah dicek, kami menuju terowongan bawah tanah dan menuju Peron 4 sebagai jalur kereta Lodaya Pagi yang akan membawa kami menuju Bandung! Can’t wait! Setelah menunggu sebentar sekitar 30 menit, kereta Lodaya Pagi datang dari Solo Balapan dan berhenti di Stasiun Tugu untuk menaikkan penumpang. Kami pun bergegas menuju kereta bisnis 2 yang ada di depan. Rupanya, urutannya kereta bisnis dulu baru kereta eksekutif berada di belakang kereta bisnis ini. Usai masuk di dalam kereta bisnis 2, kami pun membuat video pendek dan foto-foto serta tak lupa merekam video perjalanan. Kereta pun berangkat tepat pukul 08.08 dan melewati sawah-sawah sepanjang Wates, Kutoarjo, Kebumen, melewati Terowongan Ijo sepanjang kurang lebih 500 meter, menanjak usai Stasiun Tasikmalaya, melewati Jembatan Citiis yang panoramanya begitu indah karena ada pemandangan Jalur Lingkar Nagreg, pemandangan bukit-bukit sepanjang Cipeundeuy, Cicalengka, dan tiba di kota metropolis Bandung! 
Kereta Lodaya Pagi melintas jalur Yogyakarta - Wates
       Syifa pun bilang, dia akan menjemput kami di pintu gerbang utara stasiun. Namun demikian, ia masih terjebak macet di Jalan Kebon Kawung yang artinya tak jauh dari Stasiun. Kereta Lodaya Pagi pun tiba di Stasiun Bandung tepat pukul 16.00 dan kami turun serta menunggu Syifa menjemput kami. Ada 30 menit kami menunggu dan akhirnya Syifa dan Kak Fahmi datang. Lalu, kami pun sholat terlebih dahulu di mushola stasiun. 
       Usai sholat, kami semua memasuki mobil dan berunding akan kemana saja dan akan bagaimana teknisnya. Rupanya, ada gagasan bahwa untuk lebih mudahnya kami urunan masing-masing anak Rp 300.000 dan aku diutus menjadi bendahara selama perjalanan. Tak apa, bagiku ini mengasyikkan bisa mengatur keuangan serta jadwal sehingga tahu pengeluarannya akan seperti apa. Tujuan pertama kita kali ini yaitu ke Paris Van Java Mall. Tak jauh dari stasiun sebenarnya, namun jalanan macet sepanjang Kebon Kawung dan ramai lancar di Jalan Pasir Kaliki. Kami lupa jika kami belum makan siang, di kereta hanya makan roti saja. Ya sudah, nanti kita cari makan. 
Pemandangan lahan parkir Paris Van Java Mall, Bandung
        Tiba di Paris Van Java (PVJ Mall) tampak bangunannya memanjang dan cukup megah serta ada lampu-lampu gantung sepanjang parkiran. Kami pun membawa baju ganti dan akan ganti baju terlebih dahulu di toilet. Usai ganti baju dan sudah terdengar adzan maghrib, kami pun sholat maghrib di mushola PVJ Mall ini yang menurutku begitu unik! Banyak tanaman gantung dan batu-batu serta tanaman hias memenuhi mushola ini. Indah sekali, oya mall ini juga mengusung konsep mall yang berbeda dari mall kebanyakan yang bersifat minimalis-modern. Mall ini bergaya natural, window-shopping, dan ala-ala Rodeo Drive di Los Angeles. Sehingga toko-tokonya mempunyai gerai sendiri-sendiri dan dihiasi pohon-pohon menjulang serta lantai yang terbuat dari kayu, batu, dan ada juga marmer. Di sini, produk yang dijual rata-rata branded dan mahal-mahal, sebut saja Marks & Spencer, H&M, Fossil, Victoria’s Secret, Sogo, Mango, Adidas, Aigner, Guess, dan masih banyak lagi sehingga kami hanya melihat-lihat saja dan mengagumi arsitekturnya. Kami pun makan di sini juga, dan pilihan jatuh kepada Richeese Factory. Memang awalnya kami berencana akan makan di Richeese Factory sejak dari Yogyakarta. Di sini, kami makan Fire Chicken dan melihat PVJ dari atas karena letak Richeese Factory ada di lantai 2. Indah sekali karena banyak lampion serta lampu-lampu digantung dan ada tulisan Paris Van Java dengan lampu hijau. Bagus deh pokoknya!
 
Di depan gerai Fossil, Paris Van Java


       
Di depan gerai Victoria's Secret, Paris Van Java
       
Di salah satu lorong Paris Van Java. Dibelakang tampak ada gerai Marks & Spencer
  Usai mengunjungi PVJ Mall, kami menuju Alun-Alun Bandung. Tiba di sana, mobil diparkirkan di basement dan kami menikmati malam dengan duduk bersantai di karpet hijau khas Alun-Alun Bandung yang disampingnya yaitu Masjid dan Jalan Asia Afrika. Kami duduk-duduk dan membeli pop mie di sana dan udaranya cukup dingin malam itu. Setelah itu, kami menuju mobil sekitar pukul 23.00 dan tidur di mobil karena nanti jam 03.00 akan menuju Lembang tepatnya ke Tebing Keraton. Yeay! 
Masjid Raya Bandung pada malam hari

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebuah Hadiah

Aku Tak Mau Lagi Jadi Layangmu

Baksos MP 2015